Senin, 07 Juli 2008

Mengatasi Rasa Sakit Hati











Hubungan Anda dengan Si Dia tentu tak selamanya mulus dan mesra. Agar rasa sakit hati yang mendera tak mengganggu cinta Anda berdua, simak kiat-kiat berikut!
Bagi banyak orang, terutama perempuan, sebagian besar energi yang ada di dalam jiwanya begitu terpendam, hingga mereka sendiri pun tak menyadari telah memilikinya. Perempuan, lebih banyak menghabiskan hidupnya untuk membahagiakan orang lain, tetapi seringkali melupakan dirinya sendiri.
Biasanya, masalah baru muncul ketika hati ingin mengatakan ‘tidak', tapi mulut Anda justru mengatakan ‘ya'. Resolusi biasanya datang ketika Anda mulai merasa ingin marah dan memiliki keberanian untuk mengatakan apa yang ada di dalam pikiran, tanpa takut kehilangan cinta dari orang yang dicintai.
Sebelum semua kemarahan itu ini terjadi, pikirkan baik-baik! Karena, bukan hal yang mustahil bagi Anda untuk tetap memiliki hubungan yang sehat. Di dalam suatu hubungan, rasa sakit hati memang tak dapat dihindari. Dan rasa sakit hati ini terjadi pada bentuk komunikasi yang tak sempurna.
Sadarilah, sakit hati yang menumpuk, suatu saat akan meledak menjadi kemarahan. Dan Anda harus melihat, perasaan marah yang muncul ini sebagai emosi yang membangun. Karena, dengan memiliki perasaan marah, menunjukkan bahwa perasaan Anda telah disakiti dan harus segera dilakukan resolusi konflik.Berikut ini beberapa saran untuk mengekspresikan kemarahan Anda secara pantas kepada pasangan:
1. MENGAMATITeliti, apakah kemarahan, rasa tersinggung, atau sakit hati Anda saat ini bertambah besar. Berapa lama Anda menyimpan perasaan-perasaan yang mengganggu ini? Jika Anda marah kepada pasangan karena ia keluar malam bersama teman-temannya, mungkin masalah sebenarnya bukanlah itu. Tetapi, masalahnya adalah soal bagaimana Si Dia memberikan perhatiannya kepada Anda.
2. BERANIBelajarlah untuk dapat bersikap berani. Jika Aanda merasa sangat mudah terintimidasi, tuliskan perasaan Anda dan tunjukkan kepada pasangan.
3. JANGAN MENYALAHKANJangan membuat pernyataan yang menyalahkan! Resolusi konflik dimulai dengan memahami bahwa kebenaran bersifat relatif. Sebagian besar orang selalu memulai dengan pertanyaan yang paling merusak seperti, "Siapa yang benar dan siapa yang salah?"
Dua orang menghabiskan waktu untuk mencoba meyakinkan pasangannya, siapa yang benar dan siapa yang salah. Kenyataannya, sebagian besar ketidaksepahaman didasari oleh interpretasi yang datang secara langsung dari pengalaman pribadi di dalam kehidupan, bukan karena kebenaran yang memang sudah terbukti.
4. MENDENGARKANSatu-satunya cara terbaik untuk mengatasi konflik adalah dengan menjadi pendengar yang baik untuk pihak lain. Sebagian besar orang hanya ingin didengar saja, dan hal ini merupakan bentuk dasar dari perasaan ingin diakui. Seringkali, solusi terjadi justru dari apa yang dibicarakan.
5. MENGUNGKAPKANBiarkan Si Dia mengutarakan perasaan sakit hatinya atau kesedihannya. Hal ini sangat baik karena bila tidak diungkapkan, perasaan marah dan sedihnya akan menumpuk dan membentuk dinding antara dirinya dengan Anda.
6. MENGAKUIBertanggung jawablah atas segala masalah yang Anda ciptakan, mau mengakuinya. Tanyakan pada diri Anda sendiri, "Bagaimana tindakan dan perkataan saya bisa mendukung terciptanya situasi seperti ini?"
7. TANGUNG JAWABLangkah terakhir yang paling sulit dilakukan adalah untuk bisa bertanggung jawab agar segala sesuatunya menjadi lebih baik. Anda perlu mencari tahu, apa yang membuat situasi menjadi lebih baik di masa depan, dan apa yang dapat membuat situasi yang merusak tidak muncul lagi.
Anda perlu mengatakan kepada pasangan, apa yang Anda perlukan dari dirinya agar semuanya bisa mengarah menjadi lebih baik. Anda juga perlu untuk ikut bertanggung jawab atas apa yang perlu diperbaiki di masa kini. Apakah hanya mendengar atau meminta maaf? Semua orang seringkali melupakan kedua hal itu.Aline (Re: Tabloid Nova)

Selasa, 01 Juli 2008

Rengkuh Hati Yang Kian Rapuh

Tiada sempurnanya aku di hadapan_Mu
Menyadari segala keterbatasan hati dan pandangan
Atas kekeliruan makna cinta
Aku bingung
Aku bagai terpenjara dalam buaian kata-kata cinta yang semu
Terperangkap oleh harapan-harapan yang kosong
Menuai tanya dimanakah aku saat ini?
Aku ingin keluar dari penjara dan belenggu cintanya
Terbebas dari segala cengkraman hatinya
Semakin aku ingin keluar
Semakin aku tersungkur dalam jurang yang dalam
Aku terkulai tak berdaya
Dan aku mencoba untuk bangkit
Walaupun tak ada upaya
Namun sisa-sisa cintamu membuat hati ini bangkit kembali

Senin, 30 Juni 2008

Makna Bias Cinta

Memaknai sebait kata cinta
Tak pernah kumengerti arah maknanya
Hanya seonggokan kata-kata indah
Tanpa jelas pemaknaannya
Dan akhirnya
Hanya disuguhi goresan bahkan luka dalam di palung hati
Sampai perpisahan benar-benar di hadapan jiwa
Sampai kini pun aku tak pernah mengerti apalah arti semuanya
Kisah pertemuan yang indah sampai perkenalan yang tak terduga
Dengan berbagai kenangan yang begitu terekam di dinding-dinding hati

Mengapa harus ada pertemuan itu yang pada akhirnya perpisahan yang begitu menyayat hati
Seandainya aku tahu sebelumnya akan hal ini aku tak kan mau untuk mencintaimu
Yang hanya menyisakan siksa-siksa yang akan menerkamku setiap saat
Lilitan-lilitan kerinduan yang membelenggu
Begitu menyesakkan memang
Tapi tak dipungkiri penderitaan ini harus aku hadapi
Aku benar-benar tak bisa melarikan diri....

Kepergianmu...
Mengapa..mengapa dan mengapa
Hanya kata-kata itu sayang yang ingin aku lontarkan kepadamu
Walaupun tak tersampaikan kini tapi setidaknya hatimu akan merasakan
Keberadaanku saat ini seakan tak ubahnya tersesat tanpa langkah yang pasti
Menerawang di kegelapan hati hanya ingin menyentuh kebahagiaan itu untuk kembali di sisi
Pupus...
Tak urung aku terkulai tak berdaya
Aku mendapatimu sudah terpesona oleh keangkuhanmu atas cinta yang lain
Kau tak dapat lagi melihat tulusnya hati atas cintaku
Dan... Keberadaanmu detik ini pun.... aku tak tahu...

Selasa, 10 Juni 2008